- Back to Home »
- bookreview »
- The Pursuit of Happyness
Posted by :
Ilham
10 Desember 2008
Judul : The Pursuit of Happyness
Penulis : Chris Gardner & Quincy Troupe
Tempat Terbit : Bandung
Penerbit : Zenit
Tahun Terbit : Juli 2007
Tebal : xxiv + 398
Luar biasa. Inilah apresiasi saya terhadab buku ini, sebuah buku biografi kesuksesan. Benar-benar buku yang menceritakan kisah perjalanan seorang pemberani, sebagaimana disebutkan oleh Julianto Eka Putra dalam Komentar Kekaguman-nya. Seorang pemberani bukanlah orang yang tidak takut sama sekali, sebaliknya ia bahkan sering tercekam rasa ketakutan. Akan tetapi bagi sang pemberani, ketakutan bukan menjadi momok yang akan menyurutkan niat dan tekad mereka untuk maju...... Tetapi ketakutan menjadi cambuk yang mempercepat perjalanan usaha mereka. Sebagaimana disebutkan dalam teori-teori psikologi, jika motivasi telah bercampur dengan emosi hasilnya adalah hasrat yang tidak terbendung lagi. Berkaitan dengan hal ini, Napoleon Hill dalam bukunya Think and Grow Rich mengemukakan bahwa motivasi yang tidak akan padam adalah motivasi yang disertai dengan afeksi-afeksi terdalam seorang manusia, sebagaimana yang dirasakan oleh Chris Gardner.
Chris Gardner, pada awalnya bukanlah orang kaya, bukan pula keturunan bangsawan dan juga tidak berpendidikan tinggi. Tetapi ia berhasil mencapai kesuksesan yang luar biasa setelah jatuh bangun dengan perusahaan pialang sahamnya Gardner Rich & Company, dan akhirnya mengantarkan ia pada pemahaman yang berbeda tentang arti kebahagiaan. Jika anda membaca bagian awal buku ini, anda bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup pada tahun-tahun yang sangat menyulitkan dalam hidup ini. Mulai dari kesulitan-kesulitan pribadi maupun sosial, lebih dari itu Gardner bahkan merasakan menjadi gelandangan yang terlunta-lunta tanpa tempat tinggal bersama dengan putranya, Chris Jr. Meskipun demikian, sebagaimana dikemukakan Gardner, "selama aku tetap menjaga fokus mentalku pada tujuan-tujuan hidup yang ada di depan kami.......pasti aku terlindung dari perasaan putus asa. Ia menambahkan, masa depan adalah hal yang tidak pasti, tentu saja, juga akan dipenuhi oleh banyak rintangan hidup dan kelokan-kelokan tajam. Namun aku tetap bergerak maju satu kaki melangkah di depan kaki lainnya."
Normalnya kehidupan tidak akan pernah berjalan mulus. Dan jika ini terjadi pada kita, maka ada yang perlu dipertanyakan dan dikoreksi dengan kehidupan ini. Kehidupan berjalan di antara roda-roda jatuh dan bangun, tangis dan tawa, atau gagal dan sukses. Bahkan seringkali kehidupan yang kita jalani tidak sesuai dengan yang kita harapkan dan mengecewakan. Tentunya kita tidak perlu kecewa. Saya yakin, sebagaimana keyakinan Gardner untuk memiliki Ferrari berwarna merah itu, berbagai hal yang dihadapi oleh manusia dalam hidup merupakan pelajaran yang sangat berharga. Tuhan tentu tidak akan memberikan anugerahnya kepada manusia sebelum Ia menguji seberapa tangguh manusia untuk menerima anugerah tersebut. Jika memang manusia belum siap menerimanya, maka mereka perlu dilatih dan dipaksa dengan latihan tersebut. Tentu saja ini merupakan kebaikan bagi manusia. Sama halnya, ketika Gardner menginginkan kebahagiaan ia harus menjalani proses tempaan kehidupan yang dahsyat. Sebagaimana keyakinan saya semula, beratnya pelajaran kehidupan yang dihadapi oleh Gardner merupakan pertanda bahwa ia akan mendapatkan anugerah yang sangat besar dari Tuhan. Kita perlu ragu, jangan-jangan kehidupan kita yang berjalan lancar-lancar saja merupakan pertanda bahwa Tuhan masih belum percaya dengan kita untuk diberi anugerah sebagaimana anugerah yang diberikan pada Gardner.
Perjuangan Tiada Akhir
Hidup ini adalah proses yang sangat singkat (life is too short). Kemarin kita masih menjadi bayi, lalu hari-hari berikutnya menjadi anak-anak, hari-hari berikutnya lagi menjadi remaja, dan tiba-tiba hari ini kita telah menjadi manusia dewasa. Dalam waktu yang singkat itu, hidup dua tipologi manusia. Yang pertama adalah mereka yang melewati banyak waktu tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Dan kedua, mereka yang mengisi waktu-waktu mereka dengan karya tiada henti karena mereka sadar kehidupan ini akan cepat berlalu. Saya yakin, setiap orang sukses adalah orang-orang yang berada dalam kelompok kedua. Mereka berjuang dengan segenap usaha dan tenaga mewujudkan kebahagiaan dirinya dan orang-orang yang ia cintai.
Gardner kecil sering bertanya pada dirinya sendiri, "apa yang bisa ia lakukan untuk ibunya", melihat ibunya yang sering kali disiksa oleh Freddie (ayah tirinya). Perasaan kasihan dan kenyataan akan kondisi hidup keluarganya yang berantakan memaksa ia untuk berpikir dan berusaha lebih keras mencari cara untuk memperbaiki keadaan keluarganya. Pada dasarnya hasrat dan pikiran Gardner kecil tentang eksistensi keberadaan dirinya, bagi kaum eksistensialis, merupakan fondasi awal bagi kehidupan manusia seterusnya. Niestze pernah menyebutkan, "seseorang yang mengerti alasan kenapa ia hidup, akan mampu menyelesaikan masalah dengan cara apa pun". Kesadaran ini memaksa Gardner untuk bekerja apapun yang bisa ia lakukan untuk membahagiakan kakak (Ophelia) dan ibunya, sekaligus ia telah belajar bagaimana bertanggung jawab. Ia pernah menjadi pencuci piring di Nino's Steakhouse, mengganti popok dan membersihkan kotoran dari orang-orang jompo. Setamat dari sekolah lanjutannya ia diterima menjadi tentara Angkatan Laut, di mana sebelumnya ia bekerja di Inland Steel. Berbagai profesi lain ia lakukan setelah itu, seperti menjadi asisten laboratorium bagi Dr. Robert Ellis, menjadi koki, hingga ia menjadi pialang saham yang luar biasa. Hebatnya lagi, Gardner adalah tipe orang yang bisa melihat sisi positif dan menikmati setiap hal yang ia lakukan.
Perjuangan Gardner untuk tumbuh dalam berbagai pekerjaannya bukanlah hal yang mudah. Menjadi anggota Angkatan Laut, bekerja sebagai asisten laboratorium untuk Dr. Ellis, dan menjadi pialang saham di Wall Street, merupakan tantangan yang hebat baginya. Perlu diketahui, Gardner tumbuh dan besar dalam situasi sosio-politik rasial. Hingga akhir 70-an dan 80-an, isu-isu rasial merupakan hal yang hangat di Amerika. Dan Gardner tidak bisa menghindari itu semua. Seringkali ia dicemooh oleh orang lain hanya karena ia berkulit hitam. Banyak di antara mereka yang memandang penuh rendah dan curiga terhadap Gardner. Tapi Gardner bukanlah orang tipe orang bermental krupuk, baginya ia cemoohan itu bukanlah hal yang berat baginya, bahkan ia pernah merasakan hal yang lebih dari itu semua. Ia pernah hidup dalam keluarga tanpa tahu ayah kandungnya, punya ayah tiri yang pemabuk dan seperti psikopat, pernah mengalami pelecehan seksual, dan banyak lagi tantangan berat yang ia rasakan. Sehingga baginya, cemoohan bagaikan angin lalu yang berhembus membesarkan dirinya. Sikap Gardner yang demikian layak ditempatkan sebagai orang yang tangguh. Bagi saya, orang-orang tangguh bukanlah mereka yang berbadan besar dan kekar tetapi mereka yang terbiasa menghadapi beban yang berat, sehingga sekalipun beban tersebut berat tetap terasa ringan. Sebaliknya orang lemah adalah mereka yang terbiasa mengangkat beban yang ringan sehingga beban yang ringan sekalipun di rasa sebagai beban yang berat. Selain itu, prinsip Gardner adalah tidak peduli dengan warna kulit hitamnya. Baginya kulit hanyalah cover dari potensi dirinya yang sesungguhnya. Terbukti, meski ia hanyalah orang kulit hitam dan bukan orang berpendidikan tinggi ia mampu berkarier di Wall Street, tempat para pialang saham dunia beraksi. Ia berhasil menghancurkan tembok-tembok pembatas potensinya dan benar-benar menemukan tempat yang cocok untuk dirinya.
Jika membaca buku ini, kita akan menemukan prinsip dasar dari kesuksesan. Kesuksesan adalah milik setiap orang. Kesuksesan tidak didasari oleh adanya hubungan dengan keturunan, kesuksesan tidak berkaitan dengan pendidikan tinggi dengan berbagai gelar yang panjang, dan kesuksesan sama sekali tidak ada koneksinya gelar kehormatan. Kita bisa melihat Chris Gardner bukan berangkat dari keluarga kaya, keluarga yang terhormat, maupun pendidikan tinggi. Tapi kesuksesan punya hubungan yang kuat dengan kerja keras, terus belajar, fokus dan berdo'a. Dalam bahasa Ace Greenberg, partner senior dan CEO Bear Stearns, bahwa kesuksesan seringkali diraih oleh orang-orang yang bergelar PSDs (Poor, Smart, with a deep Desire to become wealthy), mereka adalah orang-orang Miskin, Pintar tetapi punya Hasrat yang kuat untuk menjadi kaya atau MPH (hal. 361).
Pelajaran Menjadi Orang Tua
Buku ini merupakan bukti komitmen perjuangan seorang ayah untuk membesarkan anaknya dalam kondisi bagimanapun. Memang benar Gardner dibesarkan tanpa merasakan kasih sayang seorang ayah. Tapi ia mampu, membuktikan pada orang lain, istrinya, lebih-lebih pada dirinya bahwa ia bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya. Artinya ketika seseorang diberi anugerah oleh Tuhan dengan kehadiran putra-putri dalam kehidupan kita, Tuhan pasti tahu bahwa anak-anak akan menjadi kekuatan yang mampu membangkitkan kekuatan orang tuanya pada titik yang paling lemah sekali pun.
Mendidik anak bukanlah sesuatu yang mudah seperti membuat coretan dalam kertas, bahkan lebih kompleks dari sekedar mengerjakan soal-soal matematika. Mendidik anak membutuhkan ekstra kesabaran dan perhatian. Kita adalah manusia biasa yang terkadang mudah marah, begitu juga dengan Chris Gardner. Ia juga bisa marah dan jengkel terhadap anaknya, Christopher, ketika Chris Junior mengompol. Meski demikian, anak-anak pada dasarnya tidak ingin membuat orang tuanya marah. Mereka selalu berusaha bagaimana membahagiakan orang tuanya dengan cara apapun yang mereka pahami. Sebagaimana Chris Jr. berkata serius menanggapi kemarahan ayahnya, "Poppa, aku tak ingin membuatmu marah. Aku ingin membuatmu bahagia" (hal. 364). Luar biasa, bukan? Tiada lagi yang diharapkan oleh orang tua selain melihat anak-anaknya tumbuh sehat dan sukses. Sebaliknya bagi anak-anak, melihat untai senyum kebahagiaan dari bibir kedua orang tua, lebih berharga dari penghargaan apapun. Gardner kecil, selalu berusaha memainkan terompetnya dengan sangat baik, agar ibunya bisa mendengarkan suaranya hingga tanpa sadar memberikan senyum yang indah pada Gardner.
Arti Kebahagiaan
Di akhir biografinya, Gardner menjelaskan arti kebahagiaan dan kekayaaan yang sesungguhnya bagi dirinya. Menurutnya, kekayaan tidak sama dengan uang. Dengan kata lain, pencapaian kekayaan tidaklah tepat sama dengan pencapaian sejumlah uang. Karena faktanya, sulit untuk menentukan berapa banyak pendapatan (uang) seseorang untuk bisa disebut kaya. Sehingga, bagi Gardner, uang bukanlah bagian paling signifikan dari kekayaan (h. 392).
Gardner mengukur kekayaannya adalah dengan melihat dirinya masih tetap sehat wal afiat, berhasil membesarkan kedua anak-akanya meskipun tanpa kehadiran ibu mereka hingga mereka menjadi anak-anak muda yang berprestasi dan memberikan arti kebahagiaan sejati bagi dirinya, lebih dari itu ia masih tetap bekerja dan menerapkan prinsip-prinsip hidupnya. Kekayaan juga dapat berarti sikap atau rasa terima kasih yang senantiasa mengingatkan diri kita setiap hari yang kita anggap sebagai berkah (h. 393). Jika kekayaan tidak sama dengan uang, lebih-lebih dengan kebahagiaan. Kebahagiaan sama sekali tidak identik dengan sejumlah uang yang dimiliki seseorang. Kebahagiaan sejati bagi Gardner adalah menjadi orang tua bagi anak-anaknya dan ia bisa memberikan arti dan manfaat bagi orang lain.
Tentang Buku Ini
Akhirinya, saya ingin memberikan apresiasi yang sangat mendalam terhadap buku ini, meski buku ini diawali dengan cerita yang dingin dan sama sekali tidak ekspresif. Terlepas dari kekurangan itu, buku ini merupakan kisah sukses yang berawal dari pengorbanan yang besar. Buku ini mengajarkan bahwa kita tidak akan mendapatkan apapun sebelum kita mengeluarkan pengorbanan yang layak untuk membayar apa yang kita inginkan. Saya sepakat dengan pernyataan Julianto Eka Putra di akhir Komentar Kekagumannya, bahwa Chris Gardner layak untuk meraih dan menikmati semua yang sudah ia raih karena ia telah membayar lunas semua harganya (pengorbanan). Membaca buku ini, akan mengantarkan anda menjadi lebih bijak dalam menghadapi tantangan dan rintangan dalam hidup ini. Memang, buku ini layak untuk dibaca oleh mereka yang ingin meraih kekayaan dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Ilhamuddin Nukman
Director Institute for Inspirator Indonesia
Tempat Terbit : Bandung
Penerbit : Zenit
Tahun Terbit : Juli 2007
Tebal : xxiv + 398
Luar biasa. Inilah apresiasi saya terhadab buku ini, sebuah buku biografi kesuksesan. Benar-benar buku yang menceritakan kisah perjalanan seorang pemberani, sebagaimana disebutkan oleh Julianto Eka Putra dalam Komentar Kekaguman-nya. Seorang pemberani bukanlah orang yang tidak takut sama sekali, sebaliknya ia bahkan sering tercekam rasa ketakutan. Akan tetapi bagi sang pemberani, ketakutan bukan menjadi momok yang akan menyurutkan niat dan tekad mereka untuk maju...... Tetapi ketakutan menjadi cambuk yang mempercepat perjalanan usaha mereka. Sebagaimana disebutkan dalam teori-teori psikologi, jika motivasi telah bercampur dengan emosi hasilnya adalah hasrat yang tidak terbendung lagi. Berkaitan dengan hal ini, Napoleon Hill dalam bukunya Think and Grow Rich mengemukakan bahwa motivasi yang tidak akan padam adalah motivasi yang disertai dengan afeksi-afeksi terdalam seorang manusia, sebagaimana yang dirasakan oleh Chris Gardner.
Chris Gardner, pada awalnya bukanlah orang kaya, bukan pula keturunan bangsawan dan juga tidak berpendidikan tinggi. Tetapi ia berhasil mencapai kesuksesan yang luar biasa setelah jatuh bangun dengan perusahaan pialang sahamnya Gardner Rich & Company, dan akhirnya mengantarkan ia pada pemahaman yang berbeda tentang arti kebahagiaan. Jika anda membaca bagian awal buku ini, anda bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup pada tahun-tahun yang sangat menyulitkan dalam hidup ini. Mulai dari kesulitan-kesulitan pribadi maupun sosial, lebih dari itu Gardner bahkan merasakan menjadi gelandangan yang terlunta-lunta tanpa tempat tinggal bersama dengan putranya, Chris Jr. Meskipun demikian, sebagaimana dikemukakan Gardner, "selama aku tetap menjaga fokus mentalku pada tujuan-tujuan hidup yang ada di depan kami.......pasti aku terlindung dari perasaan putus asa. Ia menambahkan, masa depan adalah hal yang tidak pasti, tentu saja, juga akan dipenuhi oleh banyak rintangan hidup dan kelokan-kelokan tajam. Namun aku tetap bergerak maju satu kaki melangkah di depan kaki lainnya."
Normalnya kehidupan tidak akan pernah berjalan mulus. Dan jika ini terjadi pada kita, maka ada yang perlu dipertanyakan dan dikoreksi dengan kehidupan ini. Kehidupan berjalan di antara roda-roda jatuh dan bangun, tangis dan tawa, atau gagal dan sukses. Bahkan seringkali kehidupan yang kita jalani tidak sesuai dengan yang kita harapkan dan mengecewakan. Tentunya kita tidak perlu kecewa. Saya yakin, sebagaimana keyakinan Gardner untuk memiliki Ferrari berwarna merah itu, berbagai hal yang dihadapi oleh manusia dalam hidup merupakan pelajaran yang sangat berharga. Tuhan tentu tidak akan memberikan anugerahnya kepada manusia sebelum Ia menguji seberapa tangguh manusia untuk menerima anugerah tersebut. Jika memang manusia belum siap menerimanya, maka mereka perlu dilatih dan dipaksa dengan latihan tersebut. Tentu saja ini merupakan kebaikan bagi manusia. Sama halnya, ketika Gardner menginginkan kebahagiaan ia harus menjalani proses tempaan kehidupan yang dahsyat. Sebagaimana keyakinan saya semula, beratnya pelajaran kehidupan yang dihadapi oleh Gardner merupakan pertanda bahwa ia akan mendapatkan anugerah yang sangat besar dari Tuhan. Kita perlu ragu, jangan-jangan kehidupan kita yang berjalan lancar-lancar saja merupakan pertanda bahwa Tuhan masih belum percaya dengan kita untuk diberi anugerah sebagaimana anugerah yang diberikan pada Gardner.
Perjuangan Tiada Akhir
Hidup ini adalah proses yang sangat singkat (life is too short). Kemarin kita masih menjadi bayi, lalu hari-hari berikutnya menjadi anak-anak, hari-hari berikutnya lagi menjadi remaja, dan tiba-tiba hari ini kita telah menjadi manusia dewasa. Dalam waktu yang singkat itu, hidup dua tipologi manusia. Yang pertama adalah mereka yang melewati banyak waktu tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Dan kedua, mereka yang mengisi waktu-waktu mereka dengan karya tiada henti karena mereka sadar kehidupan ini akan cepat berlalu. Saya yakin, setiap orang sukses adalah orang-orang yang berada dalam kelompok kedua. Mereka berjuang dengan segenap usaha dan tenaga mewujudkan kebahagiaan dirinya dan orang-orang yang ia cintai.
Gardner kecil sering bertanya pada dirinya sendiri, "apa yang bisa ia lakukan untuk ibunya", melihat ibunya yang sering kali disiksa oleh Freddie (ayah tirinya). Perasaan kasihan dan kenyataan akan kondisi hidup keluarganya yang berantakan memaksa ia untuk berpikir dan berusaha lebih keras mencari cara untuk memperbaiki keadaan keluarganya. Pada dasarnya hasrat dan pikiran Gardner kecil tentang eksistensi keberadaan dirinya, bagi kaum eksistensialis, merupakan fondasi awal bagi kehidupan manusia seterusnya. Niestze pernah menyebutkan, "seseorang yang mengerti alasan kenapa ia hidup, akan mampu menyelesaikan masalah dengan cara apa pun". Kesadaran ini memaksa Gardner untuk bekerja apapun yang bisa ia lakukan untuk membahagiakan kakak (Ophelia) dan ibunya, sekaligus ia telah belajar bagaimana bertanggung jawab. Ia pernah menjadi pencuci piring di Nino's Steakhouse, mengganti popok dan membersihkan kotoran dari orang-orang jompo. Setamat dari sekolah lanjutannya ia diterima menjadi tentara Angkatan Laut, di mana sebelumnya ia bekerja di Inland Steel. Berbagai profesi lain ia lakukan setelah itu, seperti menjadi asisten laboratorium bagi Dr. Robert Ellis, menjadi koki, hingga ia menjadi pialang saham yang luar biasa. Hebatnya lagi, Gardner adalah tipe orang yang bisa melihat sisi positif dan menikmati setiap hal yang ia lakukan.
Perjuangan Gardner untuk tumbuh dalam berbagai pekerjaannya bukanlah hal yang mudah. Menjadi anggota Angkatan Laut, bekerja sebagai asisten laboratorium untuk Dr. Ellis, dan menjadi pialang saham di Wall Street, merupakan tantangan yang hebat baginya. Perlu diketahui, Gardner tumbuh dan besar dalam situasi sosio-politik rasial. Hingga akhir 70-an dan 80-an, isu-isu rasial merupakan hal yang hangat di Amerika. Dan Gardner tidak bisa menghindari itu semua. Seringkali ia dicemooh oleh orang lain hanya karena ia berkulit hitam. Banyak di antara mereka yang memandang penuh rendah dan curiga terhadap Gardner. Tapi Gardner bukanlah orang tipe orang bermental krupuk, baginya ia cemoohan itu bukanlah hal yang berat baginya, bahkan ia pernah merasakan hal yang lebih dari itu semua. Ia pernah hidup dalam keluarga tanpa tahu ayah kandungnya, punya ayah tiri yang pemabuk dan seperti psikopat, pernah mengalami pelecehan seksual, dan banyak lagi tantangan berat yang ia rasakan. Sehingga baginya, cemoohan bagaikan angin lalu yang berhembus membesarkan dirinya. Sikap Gardner yang demikian layak ditempatkan sebagai orang yang tangguh. Bagi saya, orang-orang tangguh bukanlah mereka yang berbadan besar dan kekar tetapi mereka yang terbiasa menghadapi beban yang berat, sehingga sekalipun beban tersebut berat tetap terasa ringan. Sebaliknya orang lemah adalah mereka yang terbiasa mengangkat beban yang ringan sehingga beban yang ringan sekalipun di rasa sebagai beban yang berat. Selain itu, prinsip Gardner adalah tidak peduli dengan warna kulit hitamnya. Baginya kulit hanyalah cover dari potensi dirinya yang sesungguhnya. Terbukti, meski ia hanyalah orang kulit hitam dan bukan orang berpendidikan tinggi ia mampu berkarier di Wall Street, tempat para pialang saham dunia beraksi. Ia berhasil menghancurkan tembok-tembok pembatas potensinya dan benar-benar menemukan tempat yang cocok untuk dirinya.
Jika membaca buku ini, kita akan menemukan prinsip dasar dari kesuksesan. Kesuksesan adalah milik setiap orang. Kesuksesan tidak didasari oleh adanya hubungan dengan keturunan, kesuksesan tidak berkaitan dengan pendidikan tinggi dengan berbagai gelar yang panjang, dan kesuksesan sama sekali tidak ada koneksinya gelar kehormatan. Kita bisa melihat Chris Gardner bukan berangkat dari keluarga kaya, keluarga yang terhormat, maupun pendidikan tinggi. Tapi kesuksesan punya hubungan yang kuat dengan kerja keras, terus belajar, fokus dan berdo'a. Dalam bahasa Ace Greenberg, partner senior dan CEO Bear Stearns, bahwa kesuksesan seringkali diraih oleh orang-orang yang bergelar PSDs (Poor, Smart, with a deep Desire to become wealthy), mereka adalah orang-orang Miskin, Pintar tetapi punya Hasrat yang kuat untuk menjadi kaya atau MPH (hal. 361).
Pelajaran Menjadi Orang Tua
Buku ini merupakan bukti komitmen perjuangan seorang ayah untuk membesarkan anaknya dalam kondisi bagimanapun. Memang benar Gardner dibesarkan tanpa merasakan kasih sayang seorang ayah. Tapi ia mampu, membuktikan pada orang lain, istrinya, lebih-lebih pada dirinya bahwa ia bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya. Artinya ketika seseorang diberi anugerah oleh Tuhan dengan kehadiran putra-putri dalam kehidupan kita, Tuhan pasti tahu bahwa anak-anak akan menjadi kekuatan yang mampu membangkitkan kekuatan orang tuanya pada titik yang paling lemah sekali pun.
Mendidik anak bukanlah sesuatu yang mudah seperti membuat coretan dalam kertas, bahkan lebih kompleks dari sekedar mengerjakan soal-soal matematika. Mendidik anak membutuhkan ekstra kesabaran dan perhatian. Kita adalah manusia biasa yang terkadang mudah marah, begitu juga dengan Chris Gardner. Ia juga bisa marah dan jengkel terhadap anaknya, Christopher, ketika Chris Junior mengompol. Meski demikian, anak-anak pada dasarnya tidak ingin membuat orang tuanya marah. Mereka selalu berusaha bagaimana membahagiakan orang tuanya dengan cara apapun yang mereka pahami. Sebagaimana Chris Jr. berkata serius menanggapi kemarahan ayahnya, "Poppa, aku tak ingin membuatmu marah. Aku ingin membuatmu bahagia" (hal. 364). Luar biasa, bukan? Tiada lagi yang diharapkan oleh orang tua selain melihat anak-anaknya tumbuh sehat dan sukses. Sebaliknya bagi anak-anak, melihat untai senyum kebahagiaan dari bibir kedua orang tua, lebih berharga dari penghargaan apapun. Gardner kecil, selalu berusaha memainkan terompetnya dengan sangat baik, agar ibunya bisa mendengarkan suaranya hingga tanpa sadar memberikan senyum yang indah pada Gardner.
Arti Kebahagiaan
Di akhir biografinya, Gardner menjelaskan arti kebahagiaan dan kekayaaan yang sesungguhnya bagi dirinya. Menurutnya, kekayaan tidak sama dengan uang. Dengan kata lain, pencapaian kekayaan tidaklah tepat sama dengan pencapaian sejumlah uang. Karena faktanya, sulit untuk menentukan berapa banyak pendapatan (uang) seseorang untuk bisa disebut kaya. Sehingga, bagi Gardner, uang bukanlah bagian paling signifikan dari kekayaan (h. 392).
Gardner mengukur kekayaannya adalah dengan melihat dirinya masih tetap sehat wal afiat, berhasil membesarkan kedua anak-akanya meskipun tanpa kehadiran ibu mereka hingga mereka menjadi anak-anak muda yang berprestasi dan memberikan arti kebahagiaan sejati bagi dirinya, lebih dari itu ia masih tetap bekerja dan menerapkan prinsip-prinsip hidupnya. Kekayaan juga dapat berarti sikap atau rasa terima kasih yang senantiasa mengingatkan diri kita setiap hari yang kita anggap sebagai berkah (h. 393). Jika kekayaan tidak sama dengan uang, lebih-lebih dengan kebahagiaan. Kebahagiaan sama sekali tidak identik dengan sejumlah uang yang dimiliki seseorang. Kebahagiaan sejati bagi Gardner adalah menjadi orang tua bagi anak-anaknya dan ia bisa memberikan arti dan manfaat bagi orang lain.
Tentang Buku Ini
Akhirinya, saya ingin memberikan apresiasi yang sangat mendalam terhadap buku ini, meski buku ini diawali dengan cerita yang dingin dan sama sekali tidak ekspresif. Terlepas dari kekurangan itu, buku ini merupakan kisah sukses yang berawal dari pengorbanan yang besar. Buku ini mengajarkan bahwa kita tidak akan mendapatkan apapun sebelum kita mengeluarkan pengorbanan yang layak untuk membayar apa yang kita inginkan. Saya sepakat dengan pernyataan Julianto Eka Putra di akhir Komentar Kekagumannya, bahwa Chris Gardner layak untuk meraih dan menikmati semua yang sudah ia raih karena ia telah membayar lunas semua harganya (pengorbanan). Membaca buku ini, akan mengantarkan anda menjadi lebih bijak dalam menghadapi tantangan dan rintangan dalam hidup ini. Memang, buku ini layak untuk dibaca oleh mereka yang ingin meraih kekayaan dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Ilhamuddin Nukman
Director Institute for Inspirator Indonesia