- Back to Home »
- cerita , cerita dan inspirasi , cerita inspiratif , katabijak , pemimpin , sudut pandang »
- Sudut Pandang Sangat Menentukan Sikap Kita
Posted by :
ilhamlarangga
08 Juni 2013
Ada sebuah kisah yang bagus tentang seorang petani yang tinggal di perladangan tua yang berantakan sepanjang hidupnya. Hujan menjadikan tanahnya berbatu-batu seperti sungai kering, pohon-pohonnya hanya sedikit nilainya untuk dijadikan kertas, rumah dan lumbungnya keliatan seperti gubuk, dan keadaan yang serba berantakan ini terletak sejauh beberapa mil dari jalan raya. Maka dia memutuskan untuk menjual semuanya.
Dia naik ke mobil pikap tuanya dan menyetir ke kantor surat kabar. Dia masuk dan mengatakan kepada sekretaris bahwa dia ingin pasang iklan di surat kabar untuk menjual tempatnya. Sekretaris menyurug petani pergi menemui penulis iklan, yang dengan cermat mendengarkan kata-katanya dan kemudian menulis iklan.
Iklan menekankan peerbukitan indah yang berombak-ombak, dan anak sungai yang airnya gemericik - bukan tanah berbatu-batu. Iklan ini bicara tentang berbagai pohon dan kemugkinan bisa mengubah rumah sesuai dengan citarasa pribadi siapa saja. Dan iklan juga bicara tentang lokasi sunyi tempat orang bisa menikmati kicauan burung-uburung dan aroma bunga liar yang indah.
Penulis iklan membacakan naskah iklan kepada petani. Petani berkata, "Tolong bacakan kepada saya sekali lagi." Dia minta dibacakan sekali lagi-sekali lagi. Setelah mendengarnya untuk ketiga kalinya, petani berjalan menghampiri, mengambil kertas yang berisikan naskah iklan dan berkata, "Sekarang dengar, kawan, perladangan ini tidak dijual. Tepat seperti itulah tempat ya saya inginkan sepanjang hidup saya". (Dikutip dari Buku "Why Winners Win" hal. 12-13)
Jika melihat penjelasan dalm buku Why Winners Win, cerita ini berbicara tentang sikap seseorang dalm melihat apa yang mereka miliki dan ketidakpuasan terhadap kepemilikan mereka. Namun saya akan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
Rumput tetangga lebih hijau dari pada rumput kita sendiri. Ini adalah statemen klasik tentang rasa tidak terima kasih kita atas semua yang kita miliki. Kita selalu merasa apa yang kita miliki belum cukup dan selalu kurang. Milik kita tidak lebih baik dibandingkan dengan milik orang lain. Akibatnya kita menjadi serakah dan berharap memiliki banyak hal, padahal itu tidak mungkin.
Saya bertanya, adakah cara agar kita mencintai dan mensyukuri apa yang kita miliki? Saya teringat pernyataan "kita akan merasa betapa berharganya sesuatu ketika kita kehilangannya." Coba lakukan hal ini:
Jika melihat penjelasan dalm buku Why Winners Win, cerita ini berbicara tentang sikap seseorang dalm melihat apa yang mereka miliki dan ketidakpuasan terhadap kepemilikan mereka. Namun saya akan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
Rumput tetangga lebih hijau dari pada rumput kita sendiri. Ini adalah statemen klasik tentang rasa tidak terima kasih kita atas semua yang kita miliki. Kita selalu merasa apa yang kita miliki belum cukup dan selalu kurang. Milik kita tidak lebih baik dibandingkan dengan milik orang lain. Akibatnya kita menjadi serakah dan berharap memiliki banyak hal, padahal itu tidak mungkin.
Saya bertanya, adakah cara agar kita mencintai dan mensyukuri apa yang kita miliki? Saya teringat pernyataan "kita akan merasa betapa berharganya sesuatu ketika kita kehilangannya." Coba lakukan hal ini:
Jika Anda memiliki sesuatu yang tidak terlalu Anda sukai karena penampilanya, atau hal lain yang membuat Anda tidak suka dengan sesuatu tersebut, bayangkan Anda akan menjual barang tersebut, dan Anda membuat iklan yang menarik dari sesuatu itu. Bayangkan keuntungan apa yang akan diperoleh pembeli dengan membeli yang Anda jual. Berikan ungkapan-ungkapan yang dapat menunjukkan kelebihan dan peluang-peluang dengan memiliki sesuatu yang Anda jual tersebut. Buatlah pernyataan jual yang dapat menggerakkan orang untuk membelinya dan mereka akan puas dengan sesuatu yang Anda jual.Setelah itu, lihatlah dan bacalah baik-baik kalimat penjualan yang telah Anda buat. Jangan-jangan apa yang kita cari dan kita inginkan ada pada apa yang kita miliki sekarang. Kita sering melihat kekurangannya, dan melupakan potensi dan peluang dari yang kita miliki. Mulai sekarang, ubahlah cara melihat Anda, ganti sudut pandannya, lihatlah dengan perspektif terbalik, dan berikanlah pertanyaan "bagaimana jika......?"
Pupuklah sikap dengan mengawalinya dengan sudut pandang yang berbeda.