- Back to Home »
- kontemplasi »
- Risalah Cinta
Posted by :
Ilham
09 Januari 2008
Jika engkau mengatakan sungguh cinta maka sesungguhnya engkau tak sungguh cinta. Bila engkau mengatakan rindu aku ragu, apakah engkau benar-benar rindu. Jika engkau katakan sayang, mungkinkah benar itu sayangmu. Aku tidak meragukanmu. Aku tidak merendahkanmu. Aku tidak pula ingin menafikan cintamu, meniadakan rindumu atau menghilangkan sayangmu. Aku cuma ingin berkata, "mengapa engkau batasi cintamu dengan katamu, mengapa engkau kurangi rindumu dengan ungkapanmu, mengapa pula kau sempitkan sayangmu hanya dengan ucapanmu." Aku tidak butuh jawabanmu. Tidak pula alasanmu. Aku tidak ingin menilaimu, sebab aku bukanlah juri yang jujur. Aku tidak pula ingin menghukummu karena aku bukanlah hakim yang adil. Aku cuma khawatir engkau akan menghilangkan cintamu dengan kata-katamu. Aku juga takut engkau akan menafikan sendiri rindumu dengan rindu dalam katamu.
Mengapa engkau tidak diam saja. Biarkan perilakumu yang memberitahuku. Biarkan cintamu, rindumu, sayangmu, kasihmu dan semua anu-mu bergerak bebas berekspresi tanpa batasanmu. Dunia kata-katamu akan menghabisimu, menghimpitmu, memenjarakanmu dalam perangkap yang engkau tunjukan. Engkau akan sombong selanjutnya ketika engkau katakan "engkau adalah pecinta yang sungguh, engkau adalah perindu yang amat sangat, engkau adalah penyayang yang baik". Maka apakah kesombongan itu yang ingin kau tunjukan padaku dengan semua kata cintamu, rindumu, sayangmu, bahkan anu-mu. Jika demikian adanya selanjutnya engkau akan merasa agung dan ingin dipuji. Maka apakah keagungan dan pujian yang engkau maknai dengan cinta, sayang, rindu bahkan anu-mu. Lalu aku ingin bertanya, "mengapa engkau tukar cintamu dengan harga pujian, mengapa engkau ganti rindumu dengan rasa agung, mengapa engkau ambil kesombongan lalu engkau buang kasih sayangmu. Apakah engkau rela. Manakah yang lebih engkau pilih keagungan cintamu ataukah keagungan kesombonganmu."
Memang sulit mencari cara lain untuk mengungkapkan rasa cintamu, rasa rindumu, rasa sayangmu, bahkan rasa anu-mu. Tapi manakah yang engkau pilih ungkapan yang terbatas atau ungkapan universal yang mampu dimaknai dalam berbagai dimensi ruang, waktu bahkan bentuk. Manakah yang engkau inginkan "menjadi lukisan dalam kata atau lukisan itu sendiri". Aku akan memilih lukisan itu sendiri dari pada aku dibatasi dalam kata. Yang mungkin bahkan tidak mencerminkan aku. Aku ingin bisa dilihat oleh beribu pasang mata dan masuk dalam ribuan kepala sehingga aku bisa bebas bergerak dalam dunia tanpa batas. Aku bahkan bisa dalam berbagai rupa dalam waktu yang sama. Itulah aku. Aku ingin yang luas. Aku tidak tamak, tidak juga rakus dengan keluasan. Aku tidak ingin menjadi Tuhan. Tapi aku hanya ingin tidak terbatas dalam kata.
Cinta bukan sekedar kata-kata juga bukan sekedar rasa. Cinta menghujam dalam lubuk hati jadi ia bukan sekedar kata. Cinta merasuk seluruh jiwa maka ia bukan sekedar rasa. Lalu ia disebut dengan apa, atau dijelaskan bagaimana? Aku sendiri tidak tahu. Setahuku jawabannya ada dalam diri. Karena itu jawaban yang patut untuk didengarkan adalah jawaban dari dalam hati. Dengarkanlah suara hati maka engkau akan mendengarkan suara diri. Hati itu pun bukan sembarang hati melainkan hati nurani. Hati nurani adalah hati yang dipenuhi cahaya cinta yang tulus. Cahaya cinta yang berasal dari Yang Maha Haq, Yang Maha Pecinta dan layak untuk dicintai.
Hiduplah Para Pejuang Cinta
Fight for Your Love.......!
4 Comments
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusassalamu'alaikum wr wb
BalasHapuskaifa haluk mazs...........
Oya mas, tanggal 23 november temen2 imamupsi ada acara sarasehan se malang, kira2 mas bisa hadir ga yah?
nie hamdan. http://eldido.blog.friendster.com
BalasHapusadd in my FS: eldido_joe@yahoo.com
aba ilham, klik ta ake tio kai ntau dou doho pusmaja..
BalasHapus